KERIBUTAN KECIL DI ASRAMA
Di sebuah asrama LHI. Tepatnya di sebuah kamar. Tinggal di kamar itu tiga santri, Udin, Agus, dan Edo.
Udin (selaku tokoh protagonis) adalah santri yang berasal dari keluarga yang biasabiasa saja, biasa mandiri
dan tertib. Agus (selaku tokoh antagonius) adalah santri yang berasal dari keluarga yang berada, sehingga
belum mampu mandiri. Edo (selaku tokoh tritagonis) adalah santri yang bijak, arif, suka menolong.
Agus sedang di kamar sendirian. Tampak tempat tidurnya berantakan. Masuklah Udin.
UDIN :
(ketuk pintu kamar) Assalamu’alaikum
AGUS :
(di dalam) Wa’alaikumussalam
UDIN :
(kaget) Astaghfirullah, apa-apaan ini?
AGUS :
Apa? Apa? Ada apa?
UDIN :
Maaf ya, kamu ini bagaimana sih?
AGUS :
Bagaimana apanya? Hah? Apanya?
UDIN :
Kamu ini lho. Mbok kalau naruh sesuatu itu jangan seperti ini. Pada tempatnya gitu lho. Terus….seperti
ini….selimut nggak dilipat, bantal-guling ditata yang rapi. Setiap bangun tidur mestinya langsung dirapikan
lagi tempat tidur kita.
AGUS :
Wah ya sorry. Saya kan di rumah nggak pernah melakukan pekerjaan seperti ini.
UDIN :
Terus, emangnya siapa yang mengerjakan semua itu di rumah?
AGUS :
Ya pembantu lah! (ketus)
UDIN :
Itu kan di rumahmu. Sadar nggak ini kita di asrama? Emang lu punya pembantu di sini?
AGUS :
Ya kalau kamu bersedia jadi pembantuku ya Alhamdulillah. Terima kasih sekali. Minta bayaran berapa saya
kasih.
UDIN :
Astaghfirullahal adziim. Gusti Allah paringana sabar.
AGUS :
Gimana? Oke? Mau?
UDIN :
Gus, ingat ya, di sini, di asrama ini, kedudukan kita sama. Meskipun latar belakang keluarga kita mungkin
berbeda. Kamu dari keluarga yang berada. Sementara aku dari keluarga yang biasa-biasa saja.
AGUS :
Maksudmu?
UDIN :
Di sini derajat kita sama. Harkat dan martabat kita sama. Hak dan kewajiban kita sama. Dan, satu hal yang
harus kita ingat bahwa kita harus selalu mandiri!
AGUS :
Enggak ah! Tahu nggak? Aku ini ya begini ini! Kebiasaanku sehari-hari ya seperti ini!
UDIN :
Lalu?
AGUS :
Kalau kamu suka dengan kebiasaanku yang seperti ini terima kasih.
UDIN :
Kalau aku nggak suka?
AGUS :
Ya sudah! Emang gue pikirin!
Masuklah si Edo, teman mereka sekamar. Edo sudah beberapa saat berdiri di depan pintu mendengarkan
keributan di dalam.
EDO :
Assalamu ‘alaikum ….
UDIN + AGUS :
Wa’alaikumussalam ….
EDO :
Sebentar, Teman. Sebentar. Tadi aku dengar dari luar sepertinya kalian kok lagi rebut-ribut. Ada pa
emangnya?
AGUS :
Itu tuh si Udin, orangnya ribed banget.
EDO :
Kenapa Din kok kamu dibilang suka ribed?
UDIN :
Bukannya kok aku ribed. Aku Cuma mengingatkan mbok kita sekamar ini membiasakan hidup mandiri dan
tertib.
EDO :
Yang tidak tertib dan tidak mandiri si Agus maksudmu?
UDIN :
Tuh, lihat sendiri, tempat tidurnya berantakan nggak keruan. Bikin kita ini jadi nggak nyaman.
EDO :
Gus, kenapa kok kamu harus seperti itu?
AGUS :
Lha kebiasaanku di rumah juga seperti ini. Mosok aku di sini harus berubah menjadi bukan aku!
EDO :
Sekarang begini Udin, Agus. Kita di sini sekamar bertiga. Masalah yang ada di kamar ini adalah masalah kita
bertiga. Harus kita pecahkan bersama-sama bertiga.
AGUS :
Terus?
EDO :
Kita harus saling mengerti, saling memahami, saling menghargai. Di sini kita punya tujuan yang sama. Ingin
bersama-sama mencari ilmu.
UDIN :
Justru kita harus saling membantu.
EDO :
Betul! Dalam hal-hal tertentu kita harus bisa mandiri. Tetapi, dalam hal-hal tertentu yang lain kita harus
saling membantu, saling menolong.
AGUS :
Oke, teman-teman. Aku paham. Aku minta maaf. Benar bahwa kita tidak boleh menyianyiakan kepercayaan
yang sudah diberikan oleh orang tua kepada kita.
EDO :
Baiklah teman-teman, sekarang kita sudah sehati. Mari kita berdoa, semoga selama kita di asrama ini selalu
mendapat perlindungan dari Allah swt. Demikian juga, kita selalu sadar akan hak dan kewajiban kita selama
kita belajar di sini.
EDO + UDIN + AGUS :
(koor) Aamiin!
jarak antar paragraf terlalu jauh
ReplyDeleteNaskahnya sangat baguss
ReplyDelete